Faktabogor.id – Di tengah meningkatnya keresahan publik akibat aksi brutal geng motor, Polresta Bogor Kota melancarkan serangkaian langkah tegas dan sistematis. Kawasan Tanah Sareal yang sempat mencekam karena ulah kelompok bermotor kini menjadi pusat perhatian aparat. Tidak lagi sekadar reaktif, kini respons kepolisian dirancang menyeluruh: dari patroli intensif, penindakan hukum, hingga pendekatan preventif yang melibatkan sekolah dan tokoh masyarakat.
Artikel ini mengulas secara detail bagaimana strategi penertiban geng motor di Bogor dijalankan dan bagaimana dampaknya mulai terasa di tingkat komunitas.
Meningkatnya Aksi Kekerasan Geng Motor: Latar Belakang Kritis
Fenomena geng motor bukan hal baru. Namun yang terjadi di Bogor—terutama di Tanah Sareal—menunjukkan eskalasi mengkhawatirkan. Kelompok beranggotakan remaja hingga dewasa muda ini tak hanya membuat keributan, tapi juga melukai warga secara membabi buta. Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah serangan menggunakan senjata tajam mengakibatkan puluhan korban luka berat hingga dua meninggal dunia.
Kondisi ini menuntut aparat bertindak cepat dan strategis. Maka dari itu, Polresta Bogor menggulirkan tiga pendekatan utama: operasi rutin, tindakan hukum, dan langkah preventif berbasis komunitas.
Operasi Rutin: Menyisir Titik Rawan dengan Ketat
Langkah pertama dan paling terlihat adalah intensifikasi patroli di titik-titik rawan. Beberapa kawasan seperti Jalan Pandu Raya, Gang Aut, hingga Jalan Raya Cibadak jadi fokus patroli aparat setiap malam.
Aktivitas Operasi:
-
Patroli malam oleh tim gabungan Satreskrim, Samapta, dan Intelkam.
-
Razia kendaraan bermotor, khususnya yang tidak memiliki kelengkapan surat dan modifikasi ekstrem.
-
Penyisiran lokasi tongkrongan geng motor, terutama di lapangan kosong, parkiran swalayan, dan kawasan minim penerangan.
Operasi ini bukan hanya bersifat represif, tetapi juga mengirimkan pesan tegas bahwa ruang gerak geng motor tidak akan dibiarkan terbuka.
Tindakan Hukum: Tangkap, Sita, dan Tindak Tegas
Tidak cukup dengan patroli, Polresta Bogor juga melakukan penindakan hukum yang konkret dan tanpa kompromi. Hingga akhir Juni 2025, aparat berhasil menangkap 67 anggota geng motor yang terlibat langsung dalam serangkaian penyerangan brutal.
Bukti & Proses:
-
43 senjata tajam disita dari berbagai operasi gabungan.
-
Barang bukti meliputi celurit, golok, parang, hingga senjata rakitan.
-
Pelaku dikenakan pasal berlapis, termasuk UU Darurat No. 12 Tahun 1951 tentang kepemilikan senjata tajam dan KUHP terkait penganiayaan serta penghasutan kekerasan.
Yang menarik, sebagian besar pelaku masih di bawah umur. Untuk itu, pihak kepolisian melibatkan Bapas (Balai Pemasyarakatan) dalam proses pendampingan hukum bagi pelaku remaja, sembari memastikan proses pidana tetap berjalan adil dan tegas.
Upaya Preventif: Mengakar dari Sekolah hingga RT-RW
Di luar pendekatan aparat, pembinaan masyarakat jadi kunci jangka panjang. Polresta Bogor sadar bahwa penumpasan geng motor tidak bisa hanya bergantung pada aparat berseragam. Karena itu, mereka menggandeng tokoh masyarakat, sekolah, dan komunitas warga dalam mencegah regenerasi kelompok bermotor.
Strategi Preventif:
-
Sosialisasi ke sekolah-sekolah, mengedukasi siswa tentang bahaya geng motor dan dampak hukumnya.
-
Kemitraan dengan tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama dan pemuda, untuk mengidentifikasi potensi remaja yang rentan terpapar ajakan geng motor.
-
Pembentukan tim pemantau wilayah berbasis RT/RW, yang terhubung langsung dengan bhabinkamtibmas.
Dari sini, sistem keamanan warga perlahan terbentuk, mulai dari pemasangan CCTV lingkungan, siskamling digital berbasis WhatsApp, hingga pelatihan deteksi dini potensi kriminalitas remaja.
Pernyataan Kapolresta: Warga Tidak Sendiri
Kombes Pol. Hendri Fiuser, Kapolresta Bogor, menegaskan bahwa pendekatan mereka bukan sekadar tangkap-lepas. Ia menyebut pentingnya “mengeringkan sumber airnya, bukan hanya menangkap ikannya”. Artinya, akar masalah geng motor—dari pergaulan bebas, tekanan ekonomi, hingga kurangnya pembinaan karakter—harus disentuh langsung melalui kerja sama lintas sektor.
“Kami terus melakukan upaya pencegahan dan penindakan terhadap aksi geng motor. Selain operasi rutin, kami juga melibatkan masyarakat untuk melaporkan aktivitas mencurigakan dan membentuk sistem keamanan lingkungan.”
— Kapolresta Bogor, Kombes Pol. Hendri Fiuser
Respons Warga: Dari Trauma ke Aksi Nyata
Bagi warga Tanah Sareal dan sekitarnya, kehadiran aparat malam hari adalah napas lega. Jika sebelumnya jalanan menjadi ajang “perang terbuka”, kini mulai terasa lebih tenang. Banyak warga yang mulai terlibat dalam ronda malam, memasang CCTV murah berbasis IoT, bahkan beberapa sekolah mulai membuat program edukasi karakter dan anti geng motor.
Namun, masih ada pekerjaan rumah besar: penanganan trauma warga, pendampingan bagi korban, dan pemberdayaan ekonomi anak muda agar tak mencari jati diri lewat kekerasan.
Penertiban Bukan Sekadar Tindakan, tapi Strategi Komunitas
Upaya Polresta Bogor dalam menertibkan geng motor bukan hanya sekadar penindakan keras. Ini adalah strategi tiga pilar yang menyentuh aspek hukum, pencegahan, dan pemberdayaan komunitas. Hanya dengan keterlibatan semua pihak—aparat, sekolah, tokoh masyarakat, dan warga—barulah keamanan jangka panjang bisa tercipta.
Maka dari itu, penting untuk terus mendukung, mengawasi, dan memperkuat sinergi ini agar kota Bogor benar-benar bebas dari teror jalanan yang menghantui warganya.